REFLEKSI
HAKEKAT
MENGAJAR
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen
Pengampu: Prof. Marsigit, M.A.
VIVI NURVITASARI
NIM. 15701251012
S2
PEP B
PENELITIAN
DAN EVALUASI PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2015
Pendahuluan
Kata mengajar yang dalam istilah Bahasa Inggris disebut
dengan “teaching” yang marupakan suatu
aktivitas atau kegiatan yang sering dipahami sebagai kegiatan yang bertujuan
untuk transfer of knowledge dan transfer of value. Namun mengajar merupakan proses yang komplek, tidak sekedar
menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan
yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik
pada siswa. Karena itu banyak terdapat aneka ragam pengertian mengajar, antara
lain; menurut M. Ali mengartikan, ”mengajar adalah segala upaya yang
disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses
belajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan”.
Kegiatan mengajar juga merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti apa yang
tercantum dalam teks pembukaan UUD 1945. Atas dasar tersebutlah negara
Indonesia berusaha keras dalam meningkatkan dan memperbaiki kegiatan mengajar
yang masih cenderung kurang maksimal. Kegiatan mengajar sangatlah mempengaruhi
kualitas SDM yang nantinya akan menjadi generasi yang dapat membangun suatu
bangsa menuju ke arah yang lebih maju dan berkembang lagi.
Pentingnya kegiatan mengajar tersebutlah
menyadarkan para guru untuk selalu meningkatkan kualitas dan kuantitasnya dalam
melakukan kegiatan mengajar. Guru dituntut untuk selalu kritis dalam menghadapi
perkembangan dunia agar dapat memberikan solusi bagaimana mempersiapkan peserta
didik yang nantinya dapat siap untuk menghadapi perkembangan dunia dimasa yang
akan datang. Kegiatan mengajar perlu untuk mengetahui beberapa kebutuhan dan
keinginan siswa, sehingga dalam melakukan kegiatan mengajar, guru tidak hanya
fokus pada pelaksanaan atau prakteknya saja namun guru juga harus memperhatikan
apakah cara mengajar guru tersebut sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan
siswa dan dapat digunakan sebagai cara untuk mencapai tujuan dari kegiatan
mengajar itu sendiri.
Oleh karena hal tersebut, timbul suatu
permasalahan yang kompleks dalam kegiatan mengajar, yaitu teori mengajar yang
seperti apakah yang dapat diaplikasikan secara efektif dan efisien sehingga
akan dapat membantu guru mencapai tujuannya dalam mengajar. Dalam artikel ini
akan dibahas tentang beberapa teori mengajar yang meliputi: mentransfer
pengetahuan, memotivasi secara eksternal, memotivasi secara internal,
mengkonstruksi pengetahuan, berdiskusi, menginvestigasi, mengembangkan,
memberikan penjelasan. Semua teori mengajar tersebut akan disertai dengan contoh
penerapan dalam kegiatan mengajar Bahasa Inggris.
1.
Teori
transfer pengetahuan
Mengajar adalah transfer pengetahuan (transfer of knowledge). Mengajar berarti
membagi atau menyampaikan ilmu pengetahuan atau keterampilan dan lain
sebagainya kepada orang lain, dengan menggunakan cara-cara tertentu sehingga
ilmu-ilmu tersebut bisa menjadi milik orang lain. Dari pengertian diatas dapat
diuraikan bahwa mengajar merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang ditujukan
untuk membagi atau memberikan pengetahuan yang telah dimiliki kepada orang lain
yaitu peserta didik. Dalam penyampaian ilmu pengetahuan tersebut, guru dapat
menggunakan berbagai cara, media, aktivitas, strategi, metode pembelajaran dan
pengajaran yang dapat secara efektif mendukung penyampaian ilmu pengetahuan dan
keterampilan kepada siswa.
Dalam contoh penerapan mengajar Bahasa Inggris, guru
dapat menjelaskan materi tentang Grammar
dengan cara metode ceramah yang disertai dengan contoh-contoh penggunaan rumus Grammar Bahasa Inggris dalam kalimat.
2.
Teori
Motivasi Eksternal
Motivasi eksternal adalah motivasi yang
berasal dari luar diri yang bersifat sementara. Motivasi yang berasal dari luar tersebutlah yang
merupakan motivasi yang siswa dapatkan dari guru. Dalam hal ini, guru dituntut
untuk dapat memberikan motivasi yang bersifat positif bagi siswa sehingga siswa
dapat termotivasi untuk memperbaiki dan juga meningkatkan prestasinya. Adanya
motivasi dari guru tersebut dapat membuktikan bahwa perlunya dan pentingnya
suatu interaksi yang positif antara guru dengan siswa yang saling memberikan
pengaruh positif dalam hal pembelajaran dan pengajaran. Dari penjelasan diatas,
didapatkan contoh dalam penerapan mengajar Bahasa Inggris bahwa guru dapat
memberikan suatu pujian positif kepada siswa yang dapat mengerjakan tugas
Bahasa Inggris dengan baik. Hal tersebut ditujukan agar siswa yang lain dapat
termotivasi untuk lebih giat dalam belajar sehingga siswa yang lain juga mampu
untuk mendapatkan nilai tugas yang baik seperti apa yang didapatkan siswa
tersebut.
3.
Teori
Motivasi Internal
Motivasi internal merupakan motivasi yang berasal dari
dalam individu itu sendiri. Bagaimana seorang individu tersebut dapat mendorong
dirinya sendiri untuk bertindak dalam hal yang positif sehingga akan membantu
meningkatkan keproduktifan individu tersebut. Dalam hal tersebut peran siswa
itu sendiri sangat berperan aktif, namun lingkungan sekitar dan orang-orang
sekitar juga ikut andil dalam hal menumbuhkan motivasi internal tersebut. Karena
apabila lingkungan dapat mendukung dengan baik, maka dari dalam individu
tersebut juga akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendukung siswa dalam
belajar.
Penerapan teori pemberian motivasi internal tersebut
sangat dipengaruhi dengan adanya pemeberian motivasi secara eksternal oleh guru
kepada siswa. Dalam penerapan teori motivasi eksternal sebelumnya, guru
memberikan motivasi eksternal pada siswa dengan memberikan pujian pada seorang
siswa yang mendapatkan nilai bagus, pujian itu sebenarnya tidak hanya ditujukan
pada siswa tersebut namun juga secara tidak langsung ditujukan pada semua siswa
agar siswa lainnya termotivasi seperti siswa yang telah mendapatkan nilai bagus
tersebut. Jadi antara motivasi eksternal dan internal sangat berpengaruh satu
sama lain, adanya motivasi eksternal dari guru, orang tua, dan lingkungan
sekitar akan mendukung munculnya motivasi internal dari dalam diri siswa.
4.
Teori
Konstruksi Pengetahuan
Konstruksi pengetahuan merupakan cara seorang individu secara
mandiri mendapatkan ilmu pengetahuan dari setiap pengalaman hidupnya. Bagaimana
seorang individu memaknai setiap pengalamannya sebagai bekal atau dasar bagi
individu untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan. Teori konstruksi pengetahuan
ini memotivasi siswa untuk secara aktif dan mandiri mencari sumber belajarnya
sendiri dan mengkonstruksi setiap informasi yang dia dapatkan dari setiap
pengalamannya untuk disinthesiskan menjadi suatu ilmu pengetahuan baru. Dalam aplikasinya,
teori konstruktif ini juga mendukung siswa untuk berpikir secara kritis tentang
suatu ilmu pengetahuan yang baru ia dapatkan. Dalam pengaplikasiannya, guru
hanya bertugas sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa saja. Penerapan teori
ini dalam pengajaran Bahasa Inggris adalah dengan cara guru memberikan suatu
topik pembelajaran pada siswa misalnya tentang “Narrative text”, kemudian guru memberikan fasilitas berupa akses
internet untuk siswa agar dapat mencari sumber-sumber informasi tentang materi tersebut.
Guru juga meminta siswa untuk membuat ringkasan dari apa yang siswa dapatkan
tentang materi tersebut, kemudian guru meminta siswa untuk menjelaskan tentang
uraian materi tersebut.
5.
Teori
Diskusi
Istilah metode berasal dari kata yunani
“Metha” dan “Hodos”. Metha diartikan melalui atau melewati dan hodos berarti
jalan atau cara. Sedangkan diskusi adalah kata yang berasal dari bahasa Latin
yaitu “discussus” yang mempunyai arti memeriksa dan menyelidiki. Pengertian
Metode Diskusi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan metode diskusi adalah : “Cara belajar atau mengajar yang
melakukan tukar pikiran antara murid dengan guru, murid dengan murid sebagai
peserta diskusi (http://masnibios.blogspot.co.id).
Diskusi merupakan teori mengajar yang dapat
meningkatkan siswa dalam berpikir kritis dengan bersama-sama bertukar pendapat
mencari solusi pemecahan masalah yang terbaik dan yang efektif. Diskusi ini
dapat membuat siswa berani dalam mengutarakan pendapat mereka masing-masing
secara aktif dan percaya diri juga bertanggung jawab atas apa yang ia utarakan
tersebut. Dalam pengaplikasian teori diskusi ini guru tetap sebagai pemandu
yang berperan penting dalam hal memfasilitasi siswa dengan memberikan suatu masalah
dan memotivasi siswa untuk saling bertukar pikiran dan pendapat untuk
memecahkan masalah tersebut.
Penerapan teori ini dalam pengajaran Bahasa Inggris
adalah guru memberikan 1 pertanyaan pada beberapa kelompok yang telah
ditentukan dan dibagi dan kemudian meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan
pertanyaan tersebut untuk mencari dan mendapatkan jawaban dari pertanyaan
tersebut.
6.
Teori
Investigasi
Investigasi merupakan teori pengajaran yang hampir sama
dengan teori mengajar diskusi. Namun bedanya terletak pada adanya suatu
aktivitas siswa untuk mengkroscek kebenaran suatu jawaban dari pemecahan
masalah. Siswa juga harus membandingkan solusi atau jawaban dari suatu masalah
dan pertanyaan yang telah mereka dapatkan pada siswa yang lainnya sehingga
antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dapat melakukan kroscek informasi
secara benar. Dalam hal ini guru berperan sebagai motivator dan juga
fasilitator. Sebagai fasilitator guru menyediakan sumber-sumber yang dibutuhkan
siswa dalam mengembangkan suatu jawaban dari pertanyaan atau suatu solusi dari
sebuah masalah yang ada, sehingga siswa dapat memilih sendiri sumber mana yang
harus dia pilih yang efektif dapat membantu siswa dalam mencari solusi jawaban
dari suatu masalah.
Penerapan dalam mengajar adalah guru meminta ssiswa untuk
mencari topik atau materi pembelajaran dan meminta siswa untuk membuat pertanyaan
dan menjawab pertanyaan tersebut denagn dibantu sumber-sumber belajar yang
disediakan oleh guru dan kemudian meminta siswa untuk melakukan investigasi
dengan siswa yang lainnya atas hasil dari jawaban yang mereka telah temukan. Selanjutnya
guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil temuan dan hasil investigasi
terhadap suatu masalah dan pemecahannya tersebut.
7.
Teori
Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan
dalam dirinya. Pertumbuhan cenderung dikategorikan atau dilihat pada
bertambahnya tinggi badan, bertambah besarnya ukuran badan, dst. Sedangkan perkembangan
dapat meliputi perkembangan kognitif dan perilaku. Ada 4 tahap dalam
perkembangan kognitif menurut Jean Piaget, yaitu:
a. Tahap
sensori-motor (0-2 tahun)
Dalam tahap ini intelegensi yang dimiliki anak itu masih primitive tapi
sebenarnya itu adalah intelegensi yang sangat berarti karena ia menjadi pondasi
pada tipe-tipe intelegensi yang akan dimiliki kelak. Dan pada tahap ini anak
berinteraksi dengan lingkungan termasuk orang tuanya yang dikembangkan melalui
sentuhan dan gerakan.
b. Tahap
pra-operasional (2-7 tahun)
Dalam tahap ini intelegensi itu dapat berkembang dengan adanya penguasaan
yang sempurna mengenai objek permanence yang telah dimiliki oleh anak. Dan pada
tahap ini anak tidak hanya ditentukan oleh indrawi saja tapi juga pada intuisi.
Anak mampu menyimpan kata dan menggunakannya.
c. Tahap
konkrit-operasional (7-11 tahun)
Dalam tahap ini cara berfikir anak yang bersifat
konkrit menyebabkan mereka belum mampu menangkap yang abstrak atau melakukan
abstraksi tentang sesuatu yang konkrit dan pada tahap ini anak mulai
menyesuaikan diri dengan realitas konkrit dan mulai berkembang rasa ingin tahu.
d. Tahap
formal-operasional (11 tahun keatas)
Dalam tahap ini anak dirasa sudah dapat mengatasi
masalah keterbatasan pemikiran konkrit operasional sehingga mampu mewujudkan
sesuatu dalam pekerjaan yang merupakan hasil berfikir logis.
(http://pandidikan.blogspot.co.id/2010/05/teori-belajar-jean-peaget-kognitif.html)
Dalam penerapan teori perkembangan dalam mengajar adalah, guru harus menyesuaikan
antara materi dan aktivitas terhadap tahap perkembangan yang sedang dilalui
siswa saat ini. Ketika guru Bahasa Inggris mengajar siswa SD, maka guru harus
mencari materi dan aktivitas yang sesuai dengan tahap perkembangan yang terjadi
pada siswa SD. Sehingga kegiatan belajar dan mengajar dapat berlangsung secara
efektif, dan dapat mencapai tujuan dari mengajar tersebut.
8. Teori
Ekspositori
Teori mengajar ekspositori atau
teori mengajar dengan cara memberikan penjelasan ini merupakan teori yang
mementingkan tentang bagaimana materi dapat tersampaikan kepada siswa secara
verbal. Dalam teori mengajar ini, guru bertujuan untuk menyampaikan materi
kepada siswa sampai siswa dianggap mengerti tentang topik bahasan yang
disampaikan guru. Untuk memperkuat pemahaman siswa, guru dapat menyertakan
contoh-contoh sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi tersebut.
Penerapan dalam mengajar Bahasa
Inggris adalah, guru menyampaikan materi Grammar
kepada siswa dengan disertai definisi dan contoh-contoh konkret dari setiap
pengaplikasian rumus grammar
tersebut.
REFERENSI